Pages - Menu

Rabu, 06 Februari 2013

MAKALAH PENGERTIAN PENDIDIKAN


MAKALAH
PENGERTIAN PENDIDIKAN 
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengantar Pendidikan
yang dibina oleh Bapak Syaat Patmanthara
          



Oleh
Deni Sugiarto
120534400684

  







UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
SEPTEMBER 2012



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah  kami yang berjudul “Pengertian Pendidikan”.
Semoga makalah ini memberikan manfaat kepada para pembaca dan makalah kami dapat menjadi nilai tambah bagi proses perkuliahan Mata Kuliah Pengantar Pendidikan di Universitas Negeri Malang. Tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini. Untuk kesempurnaan makalah ini sangat diharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.



Malang, September  2012



Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................................2

BAB I   PENDAHULUAN  
1.1  Latar Belakang....................................................................................................................................3
1.2 Tujuan.................................................................................................................................................3

BAB II  PEMBAHASAN
1.1  Pengertian Pendidikan.........................................................................................................................4
2.2  Pseudo – Education dalam sehari- hari.................................................................................................4
2.3  Pendidikan Dalam Sebuah Sistem Keilmuan........................................................................................6

BAB III  PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................................7
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................................................7

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan sudah dimulai sejak kita masih bayi sampai kita tua dan meninggal. Namun pendidikan juga bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran. Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Sistem keilmuan yaitu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk memperoleh ilmu. Dalam sebuah sistem keilmuan pendidikan memiliki peranan yang sangat penting yaitu terletak pada tahap awal dalam sistem keilmuan. Untuk memperoleh suatu ilmu seseorang pasti melalui pendidikan terlebih dahulu. Pendidikan  yang diperoleh seorang manusia dapat berupa pendidikan formal dan non formal. Dalam kehidupan manusia belajar merupakan proses untuk mendapatkan ilmu yang dapat  berguna untuk menghadapi hidup. Kegiatan belajar tersebut dapat disebut sebagai pendidikan. Oleh karena itu pendidikan adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari sistem keilmuan karena seseorang memperoleh ilmu hanya dari pendidikan yang bisa berupa pendidikan formal atau non formal.
B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian pendidikan
2.      Pseudo-education dalam sehari-hari
a.       Memahami dimensi manusia dan potensinya
b.      Gejala-gejala pendidikan dari berbagai segi kehidupan
c.       Pendidikan dan pengembangan jati diri manusia
d.      Manusia sebagai ZoonPolitican dan Homo educable
e.       Outcome pendidikan dan insan paripurna
3.      Pendidikan dalam sebuah sistem keilmuan
a)         Pengertian ta'lim, ta'dib dan tarbiyah
b)         Pendidikan sebagai disiplin ilmu pendidikan.
c)         Tujuan ilmu pendidikan
d)        Orientasi ilmu pendidikan
e)         Ruang lingkup ilmu pendidikan
f)          Urgensitas ilmu pendidikan untuk profesionalisme guru
g)         Urgensitas ilmu pendidikan untuk kemajuan masyarakat
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mendeskripsikan pengertian pendidikan
2.      Mendeskripsikan pseudo-education dalam sehari-hari
a.       Mendeskripsikan pemahaman dimensi manusia dan potensinya
b.      Mendeskripsikan gejala-gejala pendidikan dari berbagai segi kehidupan
c.       Mendeskripsikan pendidikan dan pengembangan jati diri manusia
d.      Mendeskripsikan manusia sebagai zoon politican dan homo educable
e.       Mendeskripsikan outcome pendidikan dan insan paripurna
3.      Mendeskripsikan pendidikan dalam sebuah sistem keilmuan
a)         Mendeskripsikan pengertian ta'lim, ta'dib dan tarbiyah
b)         Mendeskripsikan pendidikan sebagai disiplin ilmu pendidikan.
c)         Mendeskripsikan tujuan ilmu pendidikan
d)        Mendeskripsikan orientasi ilmu pendidikan
e)         Mendeskripsikan ruang lingkup ilmu pendidikan
f)          Mendeskripsikan urgensitas ilmu pendidikan untuk profesionalisme guru
g)         Mendeskripsikan urgensitas ilmu pendidikan untuk kemajuan masyarakat
D.    Manfaat Penulisan
1.      Bagi dosen
Dapat dijadikan sebagai bahan ajar mata kuliah pengantar pendidikan.
2.      Bagi mahasiswa
Untuk menambah pengetahuan tentang pendidikan dan sistem keilmuan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Pendidikan
Definisi pendidikan menurut GBHN 1988 (BP 7 Pusat, 1990: 105) : Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila serta UUD 1945 diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Pengertian pendidikan dapat kita tinjau dari kata pembentuknya. Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik´. Karena mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik.
Jadi pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
2.2  Pseudo - education Dalam Sehari-hari
Pseudo-education atau pendidikan kabur atau dapat diartikan juga sebagai pendidikan konsep semu. Maksudnya adalah pembelajarannya secara ekstrinsik. Jadi pseudo-education adalah sebuah bentuk hipokrisis pendidikan yang hanya menghasilkan generasi baru yang gamang dan nilai-nilai mana yang harus dipegang, yang diajarkan atau yang diperlihatkan. Bisa dibayangkan bagaimana jika pendidikan pada akhirnya hanya menciptakan generasi baru yang rentan identitas dan nilai-nilai.
à Poin - poin penting dalam pseudo eduation:
1.         Memahami dimensi manusia dan  potensinya
a.       Dimensi Keindividualan
Mengartikan individu sebagai “orang-seorang”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat di bagi-bagi (in clevide)
b.      Menurut M. J Langeveld (seorang pakar pendidikan yang tersohor di Negeri Belanda) Bahwa : Setiap anak manusia, manusia dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri individu yang identik di muka bumi, bahkan dua anak kembar yang berasal daru satu telur pun yang lazim di katakana seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit dibedakan suatu dari yang lain, hanya serupa tetapi tidka sama, apalagi identik .
c.       Dikatakan bahwa setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingnya)
d.      Secara fisik mungkin bentuk muka sama tetapi terdapat perbedaan mengenai matanya.
e.       Secara kerohanian mungkin kapasitas intelegensinya sama, tetapi kecendrungan dan perhatiannya terhadpa sesuatu berbeda.
2.      Dimensi Kesosalan
a.       Setiap bagi yang lahir dikaruniai potensi sosialitas (M.J Langeveld, 1955) pernyataan tersebut diartikan bahwa setiap anak dikarunia benih kemungkinan untuk bergaul.
b.      Dengan adanya dorongan untuk bergaul, setiap orang ingin bertemu dengan sesamanya.
c.       Immanuel Kant seorang filosef tersohor bangsa Jerman menyatakan bahwa Manusia hanya menjadi manusia jika berada di antara manusia.
3.      Dimensi Kesusilaan
a.       Susila berasal dari akta Su dan Sila yang artinya kepantasan yang lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat pantas jika did alma yang antas atau sopanER itu misalnya terkandung kejahatan terselubung, karena itu maka pengertian Susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi “kebaikan yang lebih”
b.      Dalam bahasa ilmiah sering digunakan dua macam istilah yang mempunyai konotasi berbeda yaitu: etiket (persoalan kepantasan dan kesopanan) dan etika (persoalan kebaikan). Sehubungan dengan hal tersebut ada dua pendapat:
a.       Golongan yang menanggap bahwa kesusilaan mencakup kedua-duanya.
b.      Golongan yang memandang bahwa etiket perlu dibedakna dari etika, karena masing-masing mengandung kondisi yang tidak selamanya selalu sejalan.
  • Prijarkara mengartikan manusia Susila sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai menghayati dan melaksanakan nilai-nilai tersebut dalam perbuatan.
  • Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemuliaan dan sebagainya, sehingga dapat diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup. Dilihat dari asalnya dari mana nilai-nilai itu diproduk dibedakan atas tiga macam yaitu:
a.       Nilai Otonom yang bersifat Individual (kebaikan menurut pendapat seseorang)
b.      Nilai Heteronom yang bersifat kolektif (kebaikan menurut kelompok)
c.       Nilai Keagamaan yaitu nilai yang berasal dari Tuhan
d.      Pemahaman dan Pelaksanaan Nilai
Dalam kenyataan hidup ada 2 hal yang muncul dari persoalan nilai yaitu: kesadaran dan pemahaman nilai dan kesanggupan melaksanakan nilai. Idealnya keduanya harus Sinkron, artinya untuk dapat melakukan apa yang semestinya harus dilakukan, terlebih dahulu orang harus mengetahui, menyadari dan memahami nilai-nilai.
  • Implikasi pedagogisnya ialah bahwa pendidikan kesusilaan berarti menanamkan kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban di samping menerima hak dari peserta didik

4) Dimensi Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah mahluk religius, sejak dahulu kala sebelum manusia mengenal agama mereka telah percaya bahwa di luar alam yang dapat dijangkau dengan perantaraan indranya, diyakini dengan adanya kekuatan supranatural yang menguasai hidup alam semesta ini. Untuk dapat berkomunikasi dan mendekatkan diri kepada kekuatan tersebut diciptakan mitos-mitos.
2.         Gejala-gejala  pendidikan dari berbagai segi kehidupan
A.    Gejala Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
B.     Gejala Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran,dengan sistem sertifikasi jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya. Jika tujuan pendidikan nasional dijadikan kriteria maka keluaran dari satu sistem pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa.
C.     Gejala efisiensi pendidikan
Masalah  efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika yang terjadi sebaliknya, efisiensinya berarti rendah. Masalah efisiensi pendidikan yang penting meliputi fungsi tenaga pendidikan, fungsi prasana dan sarana pendidikan digunakan, penyelenggaraan pendidikan, efisiensi dalam memfungsikan tenaga pendidikan.
D.    Gejala Relevansi Pendidikan
Gejala relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan iuran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
3.         Pendidikan  dan pengembangan  jati diri manusia
4.         Manusia Zoon Politican dan Homo educable
Manusia adalah ZOON POLITICON, artinya pada dasarnya manusia adalah makhluk yang ingin selalu bergaul dengan berkumpul dengan manusia, jadi makhluk yang bermasyarakat . dari sifat suka bergaul dan bermasyarakat itulah manusia dikenal sebagai makhluk sosial
Manusia .
5.         Outcome  Pendidikan dan Insan paripurna
Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli beraneka ragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan, atau karena falsafah yang melandasinya.
A.    Pengertian Ta’lim, Ta’dib, dan  Tarbiyah.
1.      Ta’lim
Ta’lim adalah usaha terus menerus manusia sejak lahir hingga mati untuk menuju dari posisi ‘tidak tahu’ ke posisi ‘tahu’.
2.      Ta’dib
Menurut istilah ta’dib diartikan sebagai proses mendidik yang di fokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar. Menurut Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa. Definisinya ta’dib mencakup unsur-unsur pengetahuan (ilmu), pengajaran (ta’lim), pengasuhan (tarbiyah). Oleh sebab itu menurut Sayed An-Nuquib Al Attas, tidak perlu mengacu pada konsep pendidikan dalam Islam sebagai tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib sekaligus.
3.      Tarbiyah
Tarbiyah berasal dari bahasa Arab yang berarti pendidikan, sedangkan orang yang mendidik dinamakan Murobi.
Tarbiyah terdiri atas :
a)      Tarbiyah Khalqiyyat yaitu pembinaan dan pengembangan jasad, akal, jiwa, potensi, perasaan dengan berbagai petunjuk,
b)      Tarbiyah diiniyyat tahdzibiyyat yaitu pembinaan jiwa dengan wahyu untuk kesempurnaan akal dan kesucian jiwa menurut pandangan Allah SWT. Jadi tarbiyah diperuntukkan khusus bagi manusia yang mempunyai potensi rohani, sedangkan pengertian tarbiyah yang dikaitkan dengan alam raya mempunyai arti pemeliharaan dan memenuhi segala yang dibutuhkan serta menjaga sebab-sebab eksistensinya.
Analisis perbandingan antara konsep ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah
Istilah ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak. Dalam ta’lim, titik tekannya adalah penyampain ilmu pengetahuan yang benar, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah kepada anak. Oleh karena itu ta’lim di sini mencakup aspek-aspek pengetahuan dan ketrampilan yang di butuhkan seseorang dalam hidupnya dan pedoman perilaku yang baik.
Sedangkan pada tarbiyah, titik tekannya difokuskan pada bimbingan anak supaya berdaya (punya potensi) dan tumbuh kelengkapan dasarnya serta dapat berkembang secara sempurna. Yaitu pengembangan ilmu dalam diri manusia dan pemupukan akhlak yakni pengalaman ilmu yang benar dalam mendidik pribadi. Adapun ta’dib, titik tekannya adalah pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik.
Dengan pemaparan ketiga konsep di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ketiganya mempunyai satu tujuan dalam dunia pendidikan yaitu menghantarkan anak didik menjadi yang “seutuhnya”, sehingga mampu mengarungi kehidupan ini dengan baik.
B.     Pendidikan sebagai Disiplin Ilmu Pendidikan
Bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Disinilah diperlukannya tenaga pendidik yang berkualitas dalam rangka menyukseskan tujuan pendidikan nasional. Disinilah peran dari pendidikan dijadikan sebagai sebuah subsistem dari ilmu pendidikan itu sendiri. Karena, sang pendidik akan di ajarkan mengenai teori-teori tentang pendidikan yang tercakup dalam sebuah system ilmu pendidikan.
C.    Tujuan Ilmu Pendidikan
Tujuan ilmu pendidikan adalah dalam rangka untuk membentuk pola pikir dan karakter sang pendidik guna mendidik para peserta didik agar tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik dan optimal, disinilah tujuan dari ilmu pendidikan itu sendiri.
D.    Orientasi ilmu pendidikan
1.      Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Sebagai proses transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Nilai-nilai budaya tersebut mengalami proses transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung jawab, dan lain-lain.
2.      Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 kegiatan yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.
3.      Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warganegara
Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
4.      Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar utuk bekerja. Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.
E.     Ruang Lingkup Pendidikan
Pendidikan sebagai ilmu yang mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena didalamnya banyak segi-segi atau pihak-pihak yang ikut terlibat baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Adapun segi-segi atau pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan sekaligus menjadi ruang lingkup pendidikan adalah sebagai berikut :
1.      Perbuatan mendidik itu sendiri. Maksudnya adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dan sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi/mengasuh anak didik.
2.      Anak didik yaitu merupakan obyek terpenting dalam pendidikan.
3.      Dasar dan tujuan pendidikan islam yaitu landasan yang menjadi fundament dan sumber dari segala kegiatan pendidikan yang dilakukan
4.      Pendidik yaitu subyek yang melakukan pendidikan .
5.      Materi Pendidikan Islam yaitu bahan-bahan, atau pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama.
6.      Metode Pendidikan yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan kepada anak didik
7.      Evaluasi Pendidikan yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik
8.      Alat-alat pendidikan yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan agar tujuan pendidikan tersebut lebih berhasil
9.      lingkungan sekitar yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan..
F.     Urgensitasi Ilmu Pendidikan untuk Profesionalisme Guru
Guru sebagai pendidik adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan bangsa. Tinngi rendahnya kebudayaan masyarakat, maju atau mundurnya tingkat kebudayaan suatu masyarakat dan negara sebagian besar bergantung pada pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru. Jurnal terkemuka manajemen pendidikan, Educational Leadership edisi Maret 1983, untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut memiliki lima hal, yaitu:
1.      Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya, berarti komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswa.
2.      Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara mengajarkannya pada siswa.
3.      Guru bertanggungjawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai cara pengamatan melalui perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
4.      Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamnya.
5.      Guru merupakan bagian dari masyarakat, belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya PGRI dan organisasi profesi lainnya.
Untuk mencapai kelima hal tersebut seorang guru harus mempelajari tentang ilmu pendidikan. Sehingga ilmu pendidikan sangatlah penting untuk menunjang profesionalisme guru.
G.    Urgensitasi Ilmu Pendidikan untuk Kemajuan Masyarakat
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) adalah sebagai berikut:
-       Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah
-       Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagii kepentingan masyarakat
-       Melestarikan kebudayaan
-       Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi
Fungsi lembaga pendidikan adalah sebagai berikut:
-       Mengurangi pengendalian orang tua. Melalui pendidikan, sekolah orang tua melimpahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah.
-       Menyediakan sarana untuk pembangkangan. Sekolah memiliki potensi untuk menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya pendidikan seks dan sikap terbuka.
-       Mempertahankan sistem kelas.
-       Sosial. Pendidikan sekolah diharapkan dapat mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise, privilese, dan status yang ada dalam masyarakat. Sekolah juga diharapkan menjadi saluran mobilitas siswa ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status orang tuanya.

BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah yang kami susun, semoga bisa menjadi nilai tambah dalam proses perkuliahan.

Kesimpulan
Sistem keilmuan yaitu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk memperoleh ilmu. Pendidikan adalah suatu bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam mengahdapi perjalanan hidupnya. Dalam sebuah sistem keilmuan pendidikan memiliki peranan yang sangat penting yaitu terletak pada tahap awal dalam sistem keilmuan. Untuk memperoleh suatu ilmu seseorang pasti melalui pendidikan terlebih dahulu. Pendidikan  yang diperoleh seorang manusia dapat berupa pendidikan formal dan non formal.
Pendidikan bukanlah semata-mata pembelajaran, namun pendidikan sangat berkaitan pula dengan seluruh aspek kehidupan manusia di dalam masyarakat. Pendidikan bukan hanya sekedar membuat peserta didik pandai menghapal tetapi yang lebih penting ialah menjadikannya sebagai manusia
Pendidikan sangatlah penting bagi seorang pengajar dan masyarakat. Melalui pendidikan seorang pengajar dapat mengajarkan ilmunya kepada anak didiknya yang selanjutnya ilmu tersebut dapat di pakai dalam kehidupan bermasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Muhlisin.2010.Tor Ilmu Pendidikan.id.scribd.com
http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/01/meretas-paradoks-pendidikan-kita/
Sjafei, Mohammad. 1979. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Yayasan Proklamasi CSIS
Redja Mudyarto, Waini Rasyidin, dan Saleh Soegiyanto. 1992. Materi Pokok Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: P2TK-PT Depdikbud



Tidak ada komentar: